15 Februari 2010

Tour Sumatera Utara - Bagian 3 : Kab Dairi dan Kab Humbang Hasundutan




Sambungan dari Bagian 2

Dari kota Kaban Jahe kami bergerak ke arah timur, ke arah kota Seribu Dolok dan Pematang Siantar. Perkebunan jeruk, kopi kecil (kopi ateng), sayur-sayuran dan palawija terbentang di kiri dan kanan jalan. Kami menyempatkan diri untuk membeli buah jeruk manis yang segar di pinggir jalan, langsung di tepi kebunnya. Suhu udara cukup sejuk.

Kira-kira di pertengahan jalan antara Kaban Jahe-Seribu Dolok, kami berbelok kanan di pertigaan Simpang Merek, ke arah kota Sidikalang. Pemandangan cukup indah dengan latar belakang Danau Toba di kejauhan di sebelah kiri jalan. Sayang sekali kondisi jalan berlubang-lubang, padahal jalan ini cukup vital menghubungkan Medan (ibukota Provinsi Sumatera Utara) dan beberapa kabupaten seperti Kabupaten Dairi, Pakpak Barat, Humbang Hasundutan dan Aceh Tenggara di Provinsi Aceh.

Setelah melewati area perkebunan warga, kami memasuki kawasan hutan lindung yang sangat lebat di sisi kiri dan kanan jalan. Dengan ditambah suasanan malam yang senyap, kami berdiam diri menikmati perjalanan. Tidak bisa dibayangkan kesusahan yang bakal timbul, seandainya kendaraan kita (mobil atau sepeda motor) rusak di perjalanan, karena perumahan penduduk tidak ada di kawasan tersebut. Setelah melewati hutan lindung, kami melewati persimpangan ke kiri, ke Kampung Silalahi, dimana kampung tersebut terletak di tepi Danau Toba. Kami akhirnya sampai di pertigaan berikutnya, ke arah kiri menuju kota Dolok Sanggul, dan ke arah kanan menuju kota Sidikalang. Setelah bertanya kepada penduduk setempat, kami mengambil arah kiri. Sempat terjadi kebingungan, bahasa apa yang dipakai untuk bertanya, Simalungun, Karo, Toba atau Pakpak; mengingat daerah tersebut merupakan pertemuan beberapa sub etnik Batak tersebut. Dalam perjalanan ke Dolok Sanggul ini tidak banyak yang bisa kami lihat karena gelapnya malam. Hanya saja kami melihat cukup banyak pembangkit listrik tenaga air (PLTA atau PLTMH) yang memanfaatkan sungai-sungai kecil yang ada. Mobil kami berkejaran-kejaran dengan mobil penumpang umum minibus ukuran 3/4, Sampri, yang membawa penumpang dari kota Medan.

Kami akhirnya memasuki Desa Telle yang sangat terkenal. Di Desa Telle ini terdapat persimpangan ke Pulau Samosir melalui jalan darat (di samping naik ferry dari kota Parapat). Kami bergerak terus ke arah kota Dolok Sanggul. Sekitar pukul 8 malam, kami memasuki pusat kota. Pusat kota ditandai dengan adanya pertigaan, ke arah kanan menuju kota Pakkat, sementara ke arah kiri menuju ke kota Siborong-borong. Kami mengambil arah kiri. Kami menyempatkan diri menikmati makan malam di kota Dolok Sanggul ini, di salah satu rumah makan yang menhidangkan Saksang B2. Dolok Sanggul sebenarnya terkenal dengan daging kuda-nya, tetapi kami tidak ada keberanian memakan daging kuda tersebut. Sebagai ibukota Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara, pembangunan di Dolok Sanggul sangat pesat.

Melewati kota Dolok Sanggul, kami memasuki kota Siborong-borong. Kota ini terkenal dengan kue Ombus-ombus nya. Di sini juga sudah dibangun bandara Silangit, yang menghubungkan kota Medan dan daerah Tapanuli. Di pertigaan jalan, kami berbelok ke arah kanan menuju kota Tarutung. Sementara jalan ke arah kanan menuju kota Balige dan Parapat mengitari Danau Toba. Bersambung. MP.

Keterangan foto : Kota Dolok Sanggul, ibu kota Kabupaten Humbang Hasundutan

Susunan Majelis Jemaat GKPS Togur 2010-2015

Bani ari Minggu tgl 7 Februari 2010 nasalpu domma saud iadonghon pemilihan Majelis Jemaat nabaru Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Togur, Ressort Marubun Lokkung, Distrik IV Medan.

Sonon ma susunan majelis jemaat nabaru tarpilih :

Pengantar Jemaat : St. Juasman Saragih (Kasmen-Pa Arih)
Wakil Pengantar Jemmat : St. Agustin Saragih (Pa Ijon)
Sekretaris : St. Robert Purba (Pa Siska)
Bendahara : St. Mulliater Saragih (Pa Sura)

Selamat bertugas ma hubani majelis jemaat ta nabaru. Tonggohon hita ma. Juli Purba, Togur.

01 Februari 2010

Mendengar Sabda-Nya yang Merukunkan

Oleh : Pdt Hendra P. Purba, S.Si

“Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu – dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta – dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.” (1 Yohanes 2:27)


Kita perlu mewaspadai gereja berubah menjadi perusahaan. Relasi antar manusia di dalam perusahaan : boss-bawahan. Boss mengatur bawahan, dan bawahan mutlak tunduk kepada boss. Sedangkan gereja adalah komunitas “bapa-anak” atau “haha-anggi” (2:1,7,18,28;4:1,7;5:21) yang mengedepankan kasih. Ini demi Kristus, bukan sekedar demi alumnus, marga, luat, kelompok, isme, atau mazhab tertentu. Hendaklah relasi “bapa-anak” atau “haha-anggi” kita tegakkan dan lestarikan secara de jure dan de facto dalam hidup menggereja.

Seyogianya kita cepat tanggap terhadap gejala-gejala feodalisme dan perpecahan di dalam gereja-Nya. Saudara-saudari, janganlah kita mewariskan perpecahan apalagi membangunnya melalui pengajaran! Hendaknya kita mewariskan kasih persaudaraan/perkeluargaan di dalam “family of God”. Sebagai gereja yang harus kita bangun adalah hubungan yang semakin kuat dan koordinasi yang semakin solid. Sehingga semakin nyata bahwa kita “tetap tinggal di dalam Dia”, dalam hubungan yang hidup dan dekat dengan Yesus Kristus sekarang ini, pasca kebangkitan-Nya sebagai Kristus yang telah mengurapi/membaptis kita secara sakramental.

Tanda cinta kasih-Nya adalah “pengurapan” tersebut : Sakramen Baptisan Kudus dengan pengajarannya. Karena itu kita menjadi anak-anak-Nya yang dicintai-Nya dengan sempurna. Apakah kita akan tetap mengecewakan-Nya dengan meninggalkan Dia dan tidak mendengar sabda-Nya? Atau sebaliknya kita semakin cinta kepada-Nya? Kalau kita semakin mencinta-Nya, maka kasih persaudaraan kita juga semakin teguh.

Pengurapan itu adalah tanda kasih-Nya yang tinggal tetap termaktub pada kita. Pengurapan itu anti-perpecahan. Dan pengurapan itu mengandung janji bahwa dari awal hingga akhir hidup kita “diramoti” (dilindungi dengan sempurna), sesempurna Dia yang memberikannya. Pengurapan tersebut memungkinkan anak-anak-Nya sebagai gereja mencintai ajaran-ajaran yang merukunkan. Namun kita harus melatih diri peka terhadap Kristus yang bersabda. Dengarkanlah sabda-Nya, maka kerukunan akan lestari! Dengarkan dan jadilah pelaku kasih, maka kita akan penuh kasih seperti Dia yang penuh kasih terhadap kita. Amin. Hendra Purba, Tarutung.