01 Februari 2010

Mendengar Sabda-Nya yang Merukunkan

Oleh : Pdt Hendra P. Purba, S.Si

“Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu – dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta – dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.” (1 Yohanes 2:27)


Kita perlu mewaspadai gereja berubah menjadi perusahaan. Relasi antar manusia di dalam perusahaan : boss-bawahan. Boss mengatur bawahan, dan bawahan mutlak tunduk kepada boss. Sedangkan gereja adalah komunitas “bapa-anak” atau “haha-anggi” (2:1,7,18,28;4:1,7;5:21) yang mengedepankan kasih. Ini demi Kristus, bukan sekedar demi alumnus, marga, luat, kelompok, isme, atau mazhab tertentu. Hendaklah relasi “bapa-anak” atau “haha-anggi” kita tegakkan dan lestarikan secara de jure dan de facto dalam hidup menggereja.

Seyogianya kita cepat tanggap terhadap gejala-gejala feodalisme dan perpecahan di dalam gereja-Nya. Saudara-saudari, janganlah kita mewariskan perpecahan apalagi membangunnya melalui pengajaran! Hendaknya kita mewariskan kasih persaudaraan/perkeluargaan di dalam “family of God”. Sebagai gereja yang harus kita bangun adalah hubungan yang semakin kuat dan koordinasi yang semakin solid. Sehingga semakin nyata bahwa kita “tetap tinggal di dalam Dia”, dalam hubungan yang hidup dan dekat dengan Yesus Kristus sekarang ini, pasca kebangkitan-Nya sebagai Kristus yang telah mengurapi/membaptis kita secara sakramental.

Tanda cinta kasih-Nya adalah “pengurapan” tersebut : Sakramen Baptisan Kudus dengan pengajarannya. Karena itu kita menjadi anak-anak-Nya yang dicintai-Nya dengan sempurna. Apakah kita akan tetap mengecewakan-Nya dengan meninggalkan Dia dan tidak mendengar sabda-Nya? Atau sebaliknya kita semakin cinta kepada-Nya? Kalau kita semakin mencinta-Nya, maka kasih persaudaraan kita juga semakin teguh.

Pengurapan itu adalah tanda kasih-Nya yang tinggal tetap termaktub pada kita. Pengurapan itu anti-perpecahan. Dan pengurapan itu mengandung janji bahwa dari awal hingga akhir hidup kita “diramoti” (dilindungi dengan sempurna), sesempurna Dia yang memberikannya. Pengurapan tersebut memungkinkan anak-anak-Nya sebagai gereja mencintai ajaran-ajaran yang merukunkan. Namun kita harus melatih diri peka terhadap Kristus yang bersabda. Dengarkanlah sabda-Nya, maka kerukunan akan lestari! Dengarkan dan jadilah pelaku kasih, maka kita akan penuh kasih seperti Dia yang penuh kasih terhadap kita. Amin. Hendra Purba, Tarutung.