13 Agustus 2013


Perjalanan Singkat Ke Karimun Jawa 


Karimun Jawa, tentu masih asing ditelinga sebagian orang. Kadang orang menganggapnya sama dengan Tanjung Balai Karimun, padahal ini adalah nama dua tempat yang berbeda. Tanjung Balai Karimun adalah sebuah pulau sekaligus kabupaten di selat Malaka, dekat dengan Batam dan masuk ke dalam wilayah Provinsi Kepulauan Riau, sementara Karimun Jawa adalah kepulauan yang terletak di Laut Utara Jawa, sebelah utara Semarang dan masuke ke wilayah Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Kepulauan Karimun Jawa terdiri dari beberapa pulau, dimana yang terbesar adalah Pulau Karimun Jawa.  

Pelabuhan Karimun Jawa 

Menurut referensi yang dibaca penulis, Karimun Jawa menjadi satu lokasi wisata pulau yang eksotik, khususnya untuk penyelaman dan pemeliharaan ikan hiu. Hanya saja, tidak gampang untuk sampai ke pulau ini, harus menempuh perjalanan laut dari Semarang atau Jepara. Referensi tersebut juga mengatakan ada pesawat charter dari Semarang yang bisa melayani Karimun Jawa. Membaca itu semua, penulis dan tiga orang sepupu merancanakan perjalanan singkat ke sana, di sela-sela libur perkuliahan mereka, pertengahan Juli lalu. Perjalanan ini hampir batal, karena seminggu sebelum keberangkatan ada berita tentang cuaca yang jelek sehingga kapal fery tidak dapat berlayar sehingga banyak wisata tertahan di pulau tersebut. Ada banyak biro travel perjalanan yang menawarkan paket kunjungan ke Karimun Jawa dengan harga terjangkau, tetapi kami memutuskan pergi ala back packer.

Hari yang ditunggu-tunggu segera tiba di Jummat sore itu. Penulis akan berangkat ke Semarang naik pesawat untuk bertemu dengan sepupu-sepupu tersebut, Devi, Ridho dan Adi yang datang dari Jogja naik bus. Lepas jam kantor sekitar pukul 17:15 WIB penulis memulai perjalanan naik ojek dari kantor ke pool bus Damri di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, dengan ongkos Rp 10.000. Di Gambir, segera naik bus Damri tersebut tujuan Bandara Soekarno Hatta dengan ongkos Rp 30.000. Bis nya cukup comfortable, dengan AC yang dingin serta tempat duduk yang nyaman. Perjalanan melalui rute Pasar Baru, Kemayoran, Toll Ancol dan Toll Bandara. Walaupun penerbangannya pada pukul 19:55 WIB, penulis tidak merasa buru-buru karena sudah melakukan city check-in malam sebelumnya di kantor pusat penerbangan tersebut. Sampai di bandara, tinggal membeli airport tax dan masuk ke ruang tunggu. Pesawat yang penulis tumpangi, Lion Air, berangkat tepat waktu. Penerbangan ke Semarang menempuh waktu sekitar 55 menit dengan melintasi kota Jakarta di bawah sana. Penulis duduk tenang, berpikir, berangan-angan dan menerawang sambil menikmati penerbangan dengan pesawat canggih jenis Boeing 737-900ER tersebut, sepadan dengan harga tikket Rp 400.000. Para pramugara dan pramugari terlihat profesional dan ramah melayani para penumpang.

Kami segera mendarat di Bandara Ahmad Yani, Semarang. Inilah pertama kali penulis terbang ke bandara ini. Di apron bandara terlihat pesawat Boeing 737-800NG Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air. Sungguh bangga melihat kemajuan penerbangan Indonesia: pesawat yang baru, jumlah penumpang yang bertumbuh, frekwensi penerbangan naik. Semoga kita semua bisa tetap berpegang ke falsafah di udara: luas, tapi tidak ada ruang untuk kesalahan. Bandara Ahmad Yani sendiri terletak di sebelah barat pusat kota Semarang. Menurut referensi, hanya taksi angkutan umum yang tersedia dari bandara ke pusat kota. Disiang hari, bisa juga dengan berjalan kaki ke bundaran di depan bandara, naik becak ke jalan raya, baru naik bis Trans Semarang atau bis kota dari Kendal menuju pusat kota Semarang. Karena sudah malam, penulis memutuskan naik ojek dari bundaran di depan bandara tersebut ke Terminal Terboyo di pusat kota, dengan ongkos Rp 30.000. Si bapak tukang ojek mengambil rute melewati pelabuhan Tanjung Emas.


  
Menurut referensi yang kami baca, setidaknya ada tiga kapal yang melayani penyebrangan ke Karimun Jawa. KMC Kartini dari Semarang, KMC Express Chantika dari Jepara dan KMP Muria dari Jepara. Dua kapal pertama adalah kapal cepat dengan waktu penyeberangan 2 jam tapi dengan ongkos lebih mahal. Kami juga kurang tau cara membeli tikket nya dan takut akan kehabisan tikket kalau membeli secara on the spot Sementara KMP Muria adalah fery jenis ro-ro dengan waktu penyeberangan 6 jam, dengan ongkos Rp 30.500 per orang untuk kelas ekonomi atau Rp 90.000 untuk kelas VIP. Kami memutuskan naik KMP Muria. KMP Muria melayani rute Jepara-Karimun Jawa setiap Sabtu, Senin dan Rabu pukul 09:00 WIB, dan rute sebaliknya Karimun Jawa-Jepara setiap Minggu, Selasa dan Kamis pukul 08:00 WIB. Menurut petugas yang kami telepon, walaupun resminya berangkat pukul 09:00, tapi kalau penumpang dan muatan sudah penuh, kapal segera diberangkatkan. Kami segera harus bergegas ke Jepara, takut ketinggalan kapal.

Di pintu terminal Terboyo Semarang pukul 21:30 WIB, para sepupu sudah menyambut saya. Kami segera makan di warung pinggir jalan. Semarang-Jepara biasa ditempuh tiga jam naik bis ukuran sedang, dengan ongkos Rp 15.000. Sayang, bis terakhir sudah berangkat sekitar pukul 17:00 WIB, sementara bus pertama besoknya pukul 05:00 WIB. Kami takut tidak dapat mengejar jadwal keberangkatan kapal. Ada omprengan mini bus sedang mangkal, tapi masih menunggu penumpang yang cukup. Kami mencegat taksi, dan deal dengan ongkos Rp 150.000 ke Jepara. Sayang, karena miss-communication dengan supir, kami diturunkan di terminal kecil di perbatasan kota Jepara, Kendangan. Kami segera tidur dibangku terminal. Pukul 04:00 WIB, ada bis ukuran sedang lewat menuju Jepara. Kami segera naik, membayar Rp 5.000 per orang sampai terminal Jepara. Dari terminal, kami naik becak Rp 15.000 per becak, menuju Pelabuhan Kartini. Sampai di sana sudah banyak calon penumpang dan wisata yang menunggu, mungkin ada yang menginap juga. Kami segera makan pagi dan minum kopi di warung yang ada. Sungguh nikmat makan dengan menu ikan laut digulai. Loket tikket kapal baru dibuka pukul 06:00 WIB. Devi segera antri membeli tikket dan setelah membelinya, kami segera naik ke kapal untuk mencari posisi yang bagus.

KMP Muria sendiri adalah fery penyeberangan jenis roll on-roll off (masuk-keluar dari depan) milik ASDP. Kapal ini bisa membawa penumpang, barang dan kendaraan bermotor seperti sepeda motor, mobil dan truk. Ruangan barang dan kendaraan di dek 1, ruangan penumpang di dek 2 dan ruangan awak kapal dan tempat pemandangan di dek 3. Ruangan penumpang terdiri dari 3 bagian: ruangan depan tertutup ber-AC untuk kelas VIP dengan tempat duduk yang nyaman, ruangan tengah tertutup untuk penumpang ekonomi serta ruangan belakangan terbuka untuk penumpang ekonomi, dengan kursi plastik. Kami segera ke ruangan belakangan. Untuk bisa merebahkan diri, kami menyewa kasur lipat sehargas Rp 10.000. Tepat pukul 09:00 WIB kapal berangkat.

Penumpang sangat ramai, baik penduduk pulau maupun wisatawan. Ada wisatawan lokal atau turis asing. Ada yang duduk di kursi, di lantai, di tangga atau tergelatak begitu saja. Ada yang bercerita, mendengarkan musik dari ear phone, menonton televisi atau merokok/minum kopi. Ada satu cafetaria kecil di kapal dan terdapat 2 toilet. Kondisi kapal cukup bagus dan bersih. Kondisi lautan sangan tenang, walaupun langit terlihat mendung. Sekitar pukul 15:00 WIB, beberapa pulau di Karimun Jawa sudah terlihat di kejauhan. Akhirnya pada pukul 16:00 kapal kami sandar di dermaga Karimun Jawa.

Turun dari kapal, para sepupu segera berfoto di pintu gerbang pulau. Setelah berjalan kaki sekitar 300 m, kami segera mampir di warung makan. Harga makanan normal. Pulau Karimun Jawa terlihat rapi, terbagi ke dalam blok-blok, dengan rumah-rumah yang juga rapi tertata di kiri-kanan jalan. Banyak yang bertuliskan home stay atau inn. Sayang sampah plastik banyak berserakan di pinggir jalan. Menurut mbak penjaga warung, listrik hanya menyala malam di pulau ini. Di sini tidak ada angkutan umum, tapi ada ojek dan mobil omprengan. Hanya ada satu ATM, milik bank BRI yang terlihat. Kami segera berjalan menuju pusat kota, alun-alun.


Karena kami sudah tiba petang dan harus pulang besok pagi, tidak banyak yang dapat kami lakukan. Menurut cerita sesama penumpang tadi di kapal, seharus nya kita tiba Sabtu sore, pulang naik kapal Selasa pagi, baru bisa menikmati keseluruhan kepulauan Karimun Jawa. Sewaktu di dermaga Jepara, ada guide lokal yang mengajak kami bergabung di rombongan nya dengan biaya Rp 100.000 per orang untuk paket wisata di pulau tersebut, termasuk biaya perahu antar pulau, menyelam, foto bawah laut, berenang dengan ikan hiu dan makan siang. Sayang karena keterbatasan waktu kami tidak bisa bergabung.

Kami segera menyewa sepeda dengan tarif Rp 20.000 sampai pukul 24:00 WIB. Kami kemudian bersepeda sekitar 15 menit menuju pantai di komplek Nirwana resort. Istirahat di saung pinggir pantai, bermain di pasir sambil menyanyi. Kami mengurungkan niat berenang di laut karena sudah gelap. Sekitar pukul 21:00 WIB kami kembali ke alun-alun, mencari makan. Tidak terlalu banyak warung makan di sini. Di pinggir lapangan, ada warung menjual ikan bakar seperti ikan kerapu, gurami, kue dan cumi-cumi. Tapi karena antri, kami hanya makan nasi goreng dan mie gorang di warung yang lain.

Devi segera mencari penginapan, berhasil mendapatkan 1 kamar yang besar cukup untuk kami berempat, dengan tarif Rp 80.000 per malam. Kamar dilengkapi dengan kipas angin, kasur, kasur tambahan dan bantal. Kamar mandi terletak di luar. Setelah mandi, saya segera tidur. Sementara para sepupu masih berjalan-jalan.

Pukul 03:40 kami dibangunin ibu si empunya rumah untuk sahur. Sudah tersedia nasi putih, ikan kembung si sop bumbu lada serta kerupuk. Biaya makan ini untuk empat orang Rp 30.000. Sungguh nikmat dan badan terasa hangat. Setelah itu lanjut tidur. Pukul 07:00 WIB kami bangun, tanpa mandi segera berjalan menuju dermaga, mengejar kapal berangkat pukul 08:00 WIB. Di atas kapal penumpang tetap ramai dengan turis yang kembali dari pulau. Perjalanan sejam lebih cepat, pukul 15:00 WIB kapal kami sandar di dermaga Pelabuhan Kartini, Jepara.

Dari dermaga, kami berjalan kaki sekitar 20 menit menuju terminal. Setelah makan siang, kami segera naik bis ukuran sedang menuju kota Semarang melalui Demak. Di perjalanan kita melihat, hampir setiap rumah/toko memajang mebel kayu berupa meja, kursi, lemari dan sebagainya. Memang Jepara sangat terkenal dengan ukiran dan mebel kayu nya.

Sesampai di depan terminal Terboyo Semarang, kami berganti angkutan naik bis kota menuju stasiun KA Semarang Poncol dengan ongkos Rp 3.000 per orang. Dari sana, akan berangkat naik KA Kertajaya pukul 20:30 WIB, kereta api kelas ekonomi AC dengan tikket seharga Rp 110.000 menuju Jakarta. Pukul 03:00 WIB subuh kami tiba di Stasiun Jatinegara, Jakarta. Sungguh perjalanan yang melelahkan, tapi kami sangat puas dapat menambah koleksi kabupaten dan pulau yang telah dikunjungi, rute kapal yang telah dilayari serta bandara yang telah dikunjungi. MP