22 Maret 2009

Dimanakah Marubun Lokkung dan Togur itu ?

Seperti tertera di kata pengantar, blog ini terutama dikhususkan untuk menginformasikan semua hal tentang Keluarga Purba Sigumonrong, khususnya dari Kampung Marubun Lokkung dan Togur. Lalu dimanakah letak kedua kampung itu ? Informasi di bawah ini mungkin sedikit bisa membantu.

Letak Geograpis

Desa Marubun Lokkung dan Togur terletak disebelah tenggara Kota Medan, dipinggir jalan lintas Lubuk Pakam-Seribu Dolok. Jarak dari Medan sekitar 80 km, dari Lubuk Pakam 50 km dan dari Seribu Dolok sekitar 60 km.

Tata Pemerintahan

Sebelum 2002, kedua kampung tergabung dalam satu Desa, yaitu Desa Marubun Lokkung saja. Tapi sejak 2002 Desa Togur memisahkan diri dari desa induk. Desa Marubun Lokkung terdiri dari kampung Marubun Lokkung sendiri, Juma Saran, Bangun Baru (Tulpang dan Pulo Raya) serta Parlindungan. Desa ini sekarang dipimpin oleh Kepala Desa Sintarajin Purba Sigumonrong. Sementara Desa Togur terdiri dari Kampung Togur, Batu Holing dan Urung Dolok, dipimpin oleh Jonni Purba Sigimonrong. Keduanya berkecamatan di Kecamatan Dolok Silau dengan ibu kota Saran Padang dan berkabupaten di Kabupaten Simalungun dengan ibo kota Pematang Raya, Propinsi Sumatera Utara.

Walaupun Marubun dan Togur bagian dari Simalungun, namun keduanya menyempil dan diapit oleh dua kabupaten lain, yaitu Bah Gerger di Kabupaten Serdang Bedagai dan Sipinggan di Kabupaten Deli Serdang. Wilayahnya hanya sekitar sepanjang 8 km di sepanjang jalan lintas Lubuk Pakam-Seribu Dolok. Secara tradisi, mungkin daerah ini lebih kepada daerah perpanjangan Simalungun dari arah Silou Kahean/Negeri Dolok.

Transportasi

Dari propinsi lain kita dapat memasuki Propinsi Sumatera Utara melalui Bandara Polonia di Medan atau Pelabuhan Laut di Belawan. Ada puluhan penerbangan tiap hari ke Polonia dari Jakarta, Batam, Banda Aceh, Padang maupun dari luar negeri. Pelabuhan Belawan juga disinggahi oleh kapal-kapal PELNI setidaknya sekali dalam seminggu dari Jakarta, Batam atau Tanjung Balai Karimun. Ada juga jasa layanan kapal cepat ke negara tetangga Malaysia (Penang, Port Dickson). Dari Medan atau Belawan menuju Terminal Terpadu Amplas di perbatasan Tanjung Morawa-Medan, kemudian kita naik angkutan umum ke arah timur menuju Lubuk Pakam (turun di Terminal atau di Timbangan, Lubuk Pakam). Ongkos Medan-Pakam sekitar Rp 5.000 dengan waktu tempuh 30 menit melewati jalan lintas Sumatera. Kalau Bandara Kuala Namu sebagai pengganti Bandara Polonia nantinya sudah dioperasikan, jarak tempuh ke Lubuk Pakam akan lebih cepat karena jarak Kuala Namu-Lubuk Pakam sangat dekat. Lubuk Pakam adalah ibu kota Kabupaten Deli Serdang.

Dari Lubuk Pakam kita dapat naik angkutan umum pedesaan Lubuk Pakam-Gunung Meriah atau Lubuk Pakam-Seribu Dolok, langsung turun di tempat. Berturut-turut akan dilewati Batu Lapan/Merbabu, Pertigaan Tanah Abang (ambil jurusan ke kanan), Jaharun, Tanah Merah, Sungai Karang, Sungai Putih, Petumbukan, Simpang Sialang, Bangun Purba, Bangun Purba Lama, Simpang Sikalue, Sibaganding, Mabar, Sungai Buaya, Silindak, Tarean, Pasimbirong, Sulpa-sulpa dan Bah Gerger. Waktu tempuh sekitar 1,5 jam dengan ongkos Rp 10.000, melalui pemandangan perkebunan sawit dan karet yang indah dan jalan sedikit berliku. Jalanan sudah diaspal walaupun disana sini ada sedikit rusak. Angkutan umum terakhir berangkat jam 5 sore. Tapi seandainya kita terlambat, bisa juga naik angkutan umum Medan Amplas-Silindak, dilanjutkan dengan naik ojek atau RBT dari Silindak.

Kita juga bisa mencapai Marubun dan Togur dari arah sebaliknya. Di jalan raya Pematang Siantar-Kabanjahe, berbelok kekanan di Seribu Dolok. Kita akan melewati Paribuan, Saran Padang, Gunung Paribuan, Gunung Manumpak, Gunung Meriah, Marjandi, Pintu Angin, Tanjung Bayu dan Sipinggan. Karena medan yang bergunung dan kondisi jalan yang lebih jelek, jarak tempuh akan lebih lama, sekitar 2 jam. Tapi pemandangan yang disuguhkan sungguh indah dengan melewati perkebunan sayur mayur, sawah betingkat seperti di Gianyar Bali, serta beberapa kali memotong sungai besar, hulu Sungai Buaya yang berujung sebagai Sungai Ular menuju Selat Malaka.

Marubun juga bisa dicapai dari arah Negeri Dolok lewat jalan sederhana melalui Dolok Marawa, lokasi pariwisata Tinggi Raja, Bahoan, Pulo Raya dan Tulpang. Dari Tiga Juhar bisa juga dicapai dengan sepeda motor melalui Parsikkean dan Juma Saran.

Kondisi Sosial

Kampung Marubun Lokkung kadangkala dibagi atas Marubun Suah, Marubun Pamatang (Tiga) dan Marubun Luan. Beberapa masyarakat juga mengelompokkannya atas sebelah kiri jalan (seberang los-pasar) dan sebelah kanan jalan (los-pasar). Penduduknya berjumlah sekitar 100 KK. Kebanyakan penduduknya bermarga Purba Sigumonrong, Purba-purba yang lain seperti Pakpak dan Tambak, Saragih Simarmata dan Damanik. Karena masyarakat sudah berbaur dengan suku-suku lain dan tempatnya yang ada di perbatasan, penduduk juga mengerti bahasa-bahasa yang lain seperti Toba dan Karo disamping Bahasa Simalungun. Dialek Bahasa Simalungunnya sendiri agak kasar jika dibandingkan dengan di daerah lain seperti Negeri Dolok dan Pematang Raya. Sementara Togur terdiri dari Tugur Suah, Togur Pasar,Togur Bagas dan Huta Galuh. Kampung lama Togur ada di Huta Lama, diseberang lembah kampung yang sekarang.

Kebanyakan penduduk kedua desa adalah penganut Kristen Protestan yang taat. Di Marubun ada satu gereja Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) dan satu lagi di Togur. Keduanya termasuk dalam Ressort Marubun Lokkung, Distrik IV Medan dan berpusat di Pematang Siantar. Sending Kristen telah masuk ke daerah ini sejak tahun 1910-1920, termasuk dibawa oleh beberapa Pendeta Jerman yang bertugas di Simalungun. Disamping Kristen, ada juga beberapa penduduk yang beragama Islam. Ada satu mesjid di Marubun Lokkung.

Pendidikan

Di Marubun Lokkung terdapat 2 SD Negeri (penduduk menyebutnya “SD Negri” dan “SD Inpres”). Untuk SMP dan SMA anak anak harus bersekolah di daerah lain seperti Marjandi, Silindak, Bangun Purba, Galang, Lubuk Pakam atau Medan. Ada yang menempuh pulang pergi ada juga yang kost. Dulu ada satu SMP swasta, SMP Silou, di Marubun, tapi sudah tutup sekarang. Beberpa putra desa juga telah menamatkan pendidikan tinggi D3, S1 dan S2. Salah satu masalah sosial di desa ini adalah banyaknya lulusan sekolah yang pulang kembali ke kampung, sementara opini di masyarakat lulusan sekolah harus menjadi PNS atau karyawan perusahaan.

Perekonomian

Pekerjaan utama penduduk adalah petani. Komoditas utama adalah karet dan sawit lewat perkebunan rakyat. Rata-rata setiap keluarga memiliki sedikit areal perkebunan. Mereka juga menanam padi di sawah dan ladang bepindah, hanya saja produksi beras kadang tidak menutupi kebutuhan keluarga, sehingga setiap rumah tangga masih membeli beras tambahan. Di selang-seling padi, penduduk menanam cabai, labu, timun dan bayam. Tanaman padi biasanya dilanjutkan dengan tanaman keras seperti karet dan sawit. Diantara perkebunan karet dan sawit penduduk menanami durian, petai, jengkol dan kelapa. Desember-Februari merupakan musim durian setiap tahunnya. Penduduk juga menyadap aren untuk diambil air nya menjadi minuman “tuak” atau membuat “gula merah”. Kopi cokelat atau kakao juga mulai ditanami penduduk. Daun rumbia dibuat jadi atap rumah dan bambu dianyam jadi dinding rumah.

Disamping sebagai petani, ada juga penduduk yang menjadi pedagang atau panggalas, PNS seperti guru dan bidan serta karyawan perusahaan. Beberapa anak desa merantau ke daerah dan negara lain.

Untuk keperluan jual beli, sejak dahulu telah diadakan pasar (Tiga atau Pekan) setiap hari Selasa. Penduduk juga berbelanja ke Bangun Purba, Petumbukan, Lubuk Pakam dan Medan. MP.