25 Mei 2009

Opini : Ragam Etnik Di Sumatera Utara

Bangsa Indonesia memang sering men-generalisikan sesuatu hal, melupakan hal-hal yang bersifat detail. Di satu sisi ini membanggakan, karena mengetengahkan kebersamaan, tapi di sisi yang lain ini menunjukkan tingkat pengetahuan bangsa kita terbatas atau malas untuk mempelajari segala sesuatu sampai ke hal-hal terkecil.

Contoh nyata adalah ketika kita bertemu dengan orang yang mengetahui kita dari Sumatera Utara (Sumut), pasti orang tersebut berkata, “Dari Medan ya”. Padahal, bisa saja kita berasal dari suatu kampung yang sangat jauh dari Medan, dan bahkan mungkin tidak pernah ke Medan. Berikutnya, ketika orang lain tau kita juga dari Sumut, di dalam hatinya mungkin dia berkata, “Orang Batak”. Padahal, ada beberapa etnik lain di Sumut selain Batak.

Mari kita belajar sedikit mengenai salah satu etnik di Sumut ini.

Propinsi Sumatera Utara di apit oleh tiga propinsi lainya, yang mempengaruhi kebudayaan masyarakat sumut. Di sebelah utara terdapat Propinsi Nanggoro Aceh Darussalam atau NAD (Lhoksemauwe di Aceh Utara dan Singkil serta Kotacane di Aceh Tenggara). Di sebelah selatan terdapat Propinsi Riau dan Propinsi Sumatera Barat. Di sebalah Timur berbatasan dengan Selat Melaka dengan negara tetangga Malaysia di seberangnya. Sementara di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia dengan negara India dan Srilanka di kejauhan. Selain wilayah di daratan Pulau Sumatera, terdapat juga beberapa pulau terpisah, dengan terbesar adalah Pulau Nias di Samudera Indonesia dan Pulau Pagai di Selat Melaka. Jadi masyarakat Sumut secara etnik memang beragam-ragam.

Etnik-etnik tersebut terdiri dari Batak, Melayu, Jawa, Nias, Cina dan India dan beberapa etnik-etnik pendatang. Beberapa etnik bisa ditelusuri jejak kedatangan nya ke Sumut. Etnik Jawa misalnya, kebanyakan leluhurnya merupakan kaum pekerja yang di bawa Belanda ke Sumut untuk bekerja di perkebunan-perkebunan pada abad ke 18-19. Sampai sekarang, mereka masih berbahasa Jawa, walaupun sudah berbeda dialek dan kosa katanya dengan saudara-saudara di Pulau Jawa. Etnik Cina adalah kaum perantau dari Negeri Cina, kebanyakan dari Cina Selatan seperti dari Propinsi Guangdong. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka berbahasa Cina dialek Hokkian, yang berbeda dengan dialek nasional Cina, Mandarin. Dialek sidea on dos songon na ipakei ni etnik Cina i Penang, Malaysia. Etnik India di Sumut kebanyakan etnik Tamil, sama dengan etnik India di Malaysia. Mereka datang dari India (Tamilnadhu), mungkin lewat semenanjung Malaysia menyebrangi Selat Melaka. Ada kebiasaan memanggil etnik Tamil ini dengan sebutan keling, walaupun di Malaysia ada upaya untuk menhghapus kata tersebut. Etnik Melayu adalah etnik asli Sumut, tetapi adat dan bahasanya mirip dengan etnik Melayu di Riau dan di Malaysia. Mereka ada yang bermukin di daerah Deli sehingga disebut Melayu Deli, ada juga yang berdiam di Langkat, pesisir Labuhan Batu dan Asahan. Walaupun disebut asli, perlu diingat bahwa menurut sejarawan bahwa manusia Indonesia modern adalah semuanya pendatang dari daratan utama Asia, termasuk Jawa, Melayu dan Batak. Etnik Nias juga etnik asli Sumut yang mendiami Pulau Nias. Penulis kurang begitu mengetahui apakah mereka bersal dari daratan Sumatera atau langsung dari daratan Asia seperti dari Cina ataupun Mongolia. Sama halnya dengan etnik Melayu, etnik Batak adalah etnik asli Sumut. Tidak ada etnik lain di nusantara yang mirip dengan etnik Batak, selain Toraja di Sulawesi Selatan dengan rumah adat nya dan beberapa nama marga yang mirip. Tapi sebagaimana, menurt beberapa film dokumenter, beberapa kebudayaan Batak mirip dengan etnik-etnik minoritas di Indochina (Laos) dan China Selatan. Beberapa kosa kata Batak mirip juga dengan kosa kata yang digunakan di India.

Etnik Batak kebanyakan mendiami daerah pedalaman dan dataran tinggi Sumut, sehingga kadang-kadang diberi julukan inlander, walaupun ada juga yang telah berdiam di pesisir seperti di Tapanuli Tengah dan Sibolga. Etnik Batak dibagi lagi kedalam beberapa sub etnik, diantaranya : Toba, Karo, Mandailing, Angkola, Pakpak dan Simalungun. Masing-masing memiliki bahasa dan kebudayaan sendiri-sendiri. Walaupun bahasa-bahasa tersebut mirip satu dengan yang lain, tetapi kebanyakan satu sub etnik tidak mengerti bahasa sub etnik yang lainnya.

Sub etnik Toba mendiami daerah Tapanuli (Tapanuli Utara dan Tengah beserta kabupaten-kabupaten pecahannya seperti Toba Samosir, Samosir, Humbahas). Sehingga mereka sering juga disebut etnik Tapanuli. Secara khusus di internal mereka, Toba adalah daerah disekitar pesisir Danau Toba di Balige. Sub etnik Mandailing dan Angkola mendiami daerah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupateng Tapanuli Tengah beserta kabupaten-kabupaten pecahannya seperti Madina). Etnik Karo mendiami Kabupaten Tanah Karo dan beberapa wilayah di Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat. Sementara sub etnik Pakpak mendiami daerah Kabupaten Dairi sekitarnya (Pakpak Barat). Sub etnik Simalungun sendiri mendiami daerah Kabupaten Simalungun.

Di dalam mengucapkan salam, semua sub etnik mengatakan horas, kecuali Karo yang mengatakan mejuah-juah. Sementara untuk mengatakan terima kasih berbeda-beda, seperti mauli ate (Toba dan Mandailing), bujur (Karo) dan tarima kasih (Simalungun). Budaya lain yang sama adalah pemakaian kain adat (ulos atau uwis), tarian (tortor atau landek) dan marga (sistem patrineal), walaupun masing-masing memiliki versi. Jadi, kalau ketemu orang dari Sumut dan kita telah akrab, coba tanyakan dia dari etnik/sub etnik mana. Tak kenal maka tak sayang. MP.